Cerita Ngopi di J Coffee

Semua udah pasti tahu J Co kan ya. Nah aku punya cerita soal jalan ke kafe J Co ini. Jadi sebenarnya udah sejak lama aku pengen banget main ke J Co, cuma ya nggak pernah kesampaian aja. Aku ini jenis orang yang punya masalah kalau datang ke tempat baru bernama kafe. Masih nggak ngerti aja gimana cara order dan lainnya. You know, everyplace are different. Selain itu, J Co ini namanya internasional banget. Bahkan logo cafenya kan mirip sama starbucks jadi aku pikir pasti franchise milik negara lain lagi. Indonesia kan gitu.

Suatu hari aku membaca sebuah postingan yang nggak sengaja aku temuin di blog. Dari sana aku tahu kalau J Co ini bukan franchise asing, tapi punya orang Indonesia asli. Ow ow… I don’t know. Habis waktu aku main ke Jogja dulu, itu J Co disana isisnya bule semua, serius. Hampir nggak ada tu manusia Indonesia. Tapi kalau dipikir-pikir lagi harusnya aku curiga. Kalau itu franchise asing bukankah harusnya diminati oarng Indonesia ya? Indonesia kan gitu.

Masih inget nggak beberapa bulan lalu J Co ngadain promo spesial kan. Nah, temen aku ngajakin dateng kesitu. Akhirnya kesampain juga Tuhan itu harapan *overreacting*. Jadi aku ini punya misi untuk mencoba semua produk dalam negeri. Alasannya sih sederhana, cuma pengen tahu aja gimana produk Indonesia itu. Kenapa tidak di percayai dan bahkan dicintai masyarakatnya sendiri dan lainnya.

Kembali ke J Co, berhubung lagi promo dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya (lupa yang ke berapa) J Co ngasih diskon spesial. Pokoknya harganya jadi murah banget. Antriannya jangan ditanya, sampai kemana-mana, nggak abis-abis. Pegawainya pasti bekerja keras banget, sekitar 10 kali limpat dari biasanya, mungkin. Setelah ngantri sekitar sejam (gantian berdua sama temen aku) kita dapet kesempatan juga buat order. Saat itu kita pesen 2 dus donat sama dua gelas kopi. Kopi yang kita pesen itu coffee caramel dingin sama Matcha dingin. Tapi ampun deh aku nggak merekomendasikan kopinya. Kurang enak aja. Masih enakan kopinya Tekodeko yang aku minum di semarang dulu. Aku rekomendasiin, tempatnya di sekitaran kota tua Semarang *promo*.

J.CO-Donuts-Cebu-SM-City-Cebu-Ayala (5)

Kembali ke J Co lagi. Jadi setelah menerima pesanan dan bayar kami berniat buat ngobrol disana juga. Masalahnya itu sampah berhamburan dimana-mana. Mungkin karena pesanan membludak petugas kafe yang harusnya bersihin meja dan lantai jadi ikutan sibuk di dapur. Jadilah kita duduk diantara sampah. Temen aku sempat protes ke petugasnya dan akhirnya ada seorang petugas yang dateng bersihin sampah-sampahnya. Yang mau aku omongin adalah memangnya kenapa sih kalau buang sampah sendiri? Aku yakin ngelihat tempat sampah segede tapir di pojokan ruangan deh. Kalian tinggal buang sendiri kesana kan ya, tapi kenapa nggak ada kesadaran diri semacam itu? Ini analisnya (berdasar sudut pandang aku).

Pertama, beberapa hari sebelum datang ke J Co aku membaca berita di grup travel yang aku join di dalamnya. Ceritanya ada sekelompok orang Indonesia liburan ke Jepang. Mereka makan di kedai cepat saji. Yang menjadi masalah, budaya makan di tempat cepat saji di Jepang, pelanggan harus membersihkan bekas piringnya secara mandiri dan di buang ke tempat sampah yang disediakan. Tetapi si rombongan itu ninggalin gitu aja tumpukan piring bekas makan mereka di meja. Akhirnya itu berita menyebar satu dunia. Malu donk ya. Malah sebelum itu ada juga kasus orang Indonesia yang mukul-mukul pohon sakura biar bungannya berguguran demi photo selfie. Yang ini lebih parah karena diberitakan di media Jepang. Iyalah, bunga sakura kan dianggap sangat spesial oleh orang Jepang, jelas aja itu menimbulkan masalah serius.

Dari kasus diatas nggak beda jauh kan sama J Co. Mereka lupa kalau mereka sedang tidak berada di Indonesia. Menurut aku kalau hanya sekedar buang sampah harusnya ada kesadaran diri lah. It just a simple thing. Kalian kan bukan yang harus buang satu tong sampah, cukup sampah kalian sendiri. Apa sih susahnya? Kenapa nggak bisa melakukan, karena mereka ini tidak memiliki kesadaran diri. Mereka merasa saya dateng ke sini, bayar mahal , kenapa masih saya juga yang harus bersihin *typhically Indonesia*. Kira-kira begitu isi pikiran mereka. Orang Indonesia itu terlalu banyak dilayani jadi tidak memiliki kesadaran bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun. Selain itu, mereka menganggap siapa yang punya uang lebih banyak bebas berlaku seenaknya kepada mereka yang berada dibawahnya. Gimana nggak bikin masalah di negara orang, wong kelakuannya di Indonesia aja kayak gitu. Habits teman-teman, kebiasaan yang mendarah daging itulah masalah orang Indoensia. Memang susah untuk dihilangkan, apalagi kalau dibarengi ketidakniatan di dalam hati. Kombinasi yang sempurna sekali. Tetapi hal seperti itu masih bisa diubah kok, asalkan mereka mau untuk berubah. Masalahnya ya karena nggak peduli itu. Jadi…

Lanjut lagi ke J Co, jadi karena kesel dan kasihan juga sama petugas kebersihannya aku pikir kenapa nggak aku buang sendiri aja ke tempat sampah, toh cuma 1 biji gelas plastik doank. Akhirnya aku putusin buat buang sendiri, sekalian melatih kedisiplinan, biar nggak malu-maluin negara kalau lagi jalan di negeri orang. Begitu aku buang sendiri itu sampah, ditanya aku sama temannya temenku, “memang harus buang sendiri ya?”. Aku jawab aja pakai jurusnya Trinity “Kenapa enggak?”. Masih punya tangan ‘kan? Walaupun dari negara berkembang, tunjukkan kalau kalian itu berbudaya. Coba deh, mulai hari ini kalau dateng ke kedai cepat saji kalian buang sampah kalian sendiri ke tempat sampah. Nggak akan bikin patah tulang kok apalagi kena bakteri E-Coli. Jadi, ayo tunjukin kalau kalian ini bermartabat. I’m a person with a good manner even I’m from developing country. Jangan sampai kebiasaan kecil ini akan membawa Indonesia diolok-olok oleh negara lain lagi di masa depan. Budayakan malu and see you next time.

What do you think? Write your opinian please!

P.s I’m back. Nobody await me but I’m back and I said to my self not you, fine.

Published by Queendya_cf

Manner

12 thoughts on “Cerita Ngopi di J Coffee

    1. Itu buru” gantinya. Aku kalau internetan di pct itu bisanya di pinggir jalan, jadi maunya cpt” selesai.

      Ya yang tahu bulenya donk. Cuma kalau menurut seleraku, aku kurang suka. Rasanya mirip kopi sachet. Mereka kan jual junk food, jd nggak giling kopi macam di kafe” kopi yg beneran. Kalau yg di semarang itu, kopi indo juga kok, cuma mereka bikin sendiri dari nol. Jd kopinya nggak mirip kopi sachet.

      Like

  1. haha. kembali ke peradaban. soon

    owh, brarti ttg selera. ku kira ada sesuatu yg spesial yg membuat si bule tetep minat beli walaupun rasanya ga enak. *rasa yg ku maksud dr opinimu.

    Like

    1. Zaman Batu sha, mana yang paling cepet tempatnya deket pasar lagi. Jadinya sok-sok effective time gitu.

      Mungkin juga cukup dipercaya karena franchisenya kan udah buka di 4 negara asia kalau gg salah. Ada Filipina, Hongkong, Malaysia sama Singapore. Selain itu, J Co ini punya brand yang kuat dan promonya menarik. Desain kafenya juga cozy dan nyaman. Jadi, pelanggannya terpesona sama itu.

      Like

  2. Zaman Batu sha, mana yang paling cepet tempatnya deket pasar lagi. Jadinya sok-sok effective time gitu.

    Mungkin juga cukup dipercaya karena franchisenya kan udah buka di 4 negara asia kalau gg salah. Ada Filipina, Hongkong, Malaysia sama Singapore. Selain itu, J Co ini punya brand yang kuat dan promonya menarik. Desain kafenya juga cozy dan nyaman. Jadi, pelanggannya terpesona sama itu.

    Like

      1. emang iya kalo sekilas, tapi kalo diperhatiin lagi beda wkwk.. yeap, aku libur mau piknik-piknik trus mau nulis lagi… writer block masih menguasai TTTT

        Like

Leave a comment